TIMES KUPANG, JAKARTA – Kelaparan dan berjalan menuju pusat distribusi makanan di Rafah, Gaza selatan, ribuan warga Palestina diberondong pasukan Israel dengan tembakan dari berbagai sudut, kapal perang, tank dan drone, Minggu (1/6/2025) pagi. Akibatnya 30 orang meninggal dunia.
Menurut sejumlah saksi mata, pasukan Israel menembaki kerumunan sekitar satu kilometer dari lokasi bantuan yang dikelola oleh yayasan yang didukung Israel.
Dilansir Arab News, militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pihak yayasan mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa mereka telah mengirimkan bantuan "tanpa insiden" Minggu pagi dan telah membantah laporan sebelumnya tentang kekacauan dan tembakan di sekitar lokasinya, yang berada di zona militer Israel dimana akses independen dibatasi.
Para pejabat di rumah sakit lapangan mengatakan sedikitnya 21 orang tewas dan 175 orang lainnya terluka, namun tidak menyebutkan siapa yang melepaskan tembakan kepada para korban itu. Seorang reporter Associated Press melihat puluhan orang dirawat di rumah sakit tersebut.
Distribusi bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza telah dirusak oleh kekacauan, dan banyak saksi mata mengatakan pasukan Israel menembaki kerumunan di dekat lokasi pengiriman.
Sebelum hari Minggu, sedikitnya enam orang tewas dan lebih dari 50 orang terluka menurut pejabat kesehatan setempat.
Yayasan tersebut mengatakan kontraktor keamanan swasta yang menjaga lokasinya tidak menembaki kerumunan, sementara militer Israel mengakui telah melepaskan tembakan peringatan pada beberapa kesempatan sebelumnya.
Yayasan tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya mendistribusikan 16 truk bantuan pada Minggu pagi "tanpa insiden," dan menepis apa yang disebutnya sebagai "laporan palsu tentang kematian, cedera massal, dan kekacauan."
Menurut para saksi, tadi pagi ribuan orang menuju lokasi distribusi beberapa jam sebelum fajar, berkumpul di Bundaran Bendera, sekitar satu kilometer (1.000 yard) jauhnya, sambil menunggu lokasi dibuka.
Mereka mengatakan, pasukan Israel kemudian dengan sangat kasar memerintahkan orang-orang untuk bubar dan memerintahkan kembali lagi nanti, sebelum akhirnya melepaskan tembakan. “Ada tembakan dari segala arah, dari kapal perang angkatan laut, dari tank dan drone,” kata Amr Abu Teiba, yang berada diantara kerumunan massa.
Ia mengatakan,melihat sedikitnya 10 mayat dengan luka tembak dan beberapa orang lainnya yang terluka, termasuk wanita. "Orang-orang menggunakan kereta dorong untuk mengangkut korban yang meninggal dunia dan terluka ke rumah sakit lapangan. Pemandangannya mengerikan," kata Amr Abu Teiba.
Ibrahim Abu Saoud, saksi mata lainnya juga memberikan keterangan yang hampir sama. Ia bahkan mempertegas, militer Israel melepaskan tembakan sekitar 300 meter jauhnya. Dia melihat banyak orang dengan luka tembak, termasuk seorang pemuda yang katanya meninggal di tempat kejadian. "Kami tidak mampu menolongnya," katanya lagi.
Mohammed Abu Teaima, 33, mengatakan ia melihat pasukan Israel melepaskan tembakan dan membunuh sepupunya dan seorang wanita lain saat mereka menuju lokasi distribusi. Ia menambahkan sepupunya tertembak di dada dan meninggal di tempat kejadian. "Banyak orang lain yang terluka, termasuk saudara ipar saya," katanya.
"Mereka melepaskan tembakan hebat langsung ke arah kami," katanya saat menunggu di luar rumah sakit lapangan Palang Merah untuk mendapatkan kabar tentang kerabatnya yang terluka.
Perangkap Genosida
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengatakan bahwa pendudukan menggunakan pusat-pusat distribusi bantuan di bawah kendalinya sebagai perangkap untuk memikat orang-orang yang lapar, dan mempraktikkan bentuk-bentuk pembunuhan, penghinaan, dan penyiksaan yang paling keji terhadap mereka.
Pihak Hamas menambahkan, bahwa pembantaian di luar pusat distribusi bantuan di Rafah itu menegaskan sifat fasis pendudukan dan tujuan kriminal di balik mekanisme ini.
Ia menganggap hal ini sebagai konfirmasi nyata adanya niat yang direncanakan sebelumnya untuk melakukan kejahatan ini, dan menuduh pendudukan menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.
Gerakan ini menyerukan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengambil keputusan mendesak untuk memaksa pendudukan menghentikan mekanisme ini dan memastikan aliran bantuan kemanusiaan melalui lembaga-lembaga PBB yang disetujui.
Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menyerukan pembentukan komisi penyelidikan internasional independen untuk menyelidiki kejahatan sistematis terhadap warga sipil. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Diberondong Tembakan Saat Menuju Pusat Distribusi Makanan, 30 Warga Palestina Meninggal
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |